Blog seputar drone

Sabtu, 13 Februari 2016

Drone Buatan Indonesai Karya Anak Bangsa

Drone telah cukup lama di kembangkan di negra kita, pesawat terbang tanpa awak yang juga kerap di sebut dengan drone ini mampu di kendalikan dari jarak jauh atau bahkan dapat mengendalikan drinya sendiri. Umumnya penggunaan drone untuk kebutuhan militer.

Bagi ilmuan indonesia drone bukanlah hal yang asing karena lebaga riset di indonesia seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta beberapa universitas yang juga aktif mengembangan drone yang sudah layak terbang serta telah digunakan.

Tidak hanya industri pemerintah dan universitas saja yang ikut andil, beberapa industri suawasta juga ikut bergerak di bidang pengembangan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) berupa drone seperti Globalindo Technology Services Indonesia, Uavindo, Aviator, dan Robo Aero Indonesia. Juga ada perusahaan berbasis aeromodelling sebagai pemasok suku cadang UAV seperti Telenetina dan Bandung Modeler.

Drone Buatan Indonesai
Puna Sriti

Model-Model Drone Buatan Indonesai 
Beberapa nama drone di ambil dari kata pesawat udara tanpa awak yang di singkat menjadi nirwana di adopsi menjadi nama PUNA (Pesawat Udara Nirwana) dari beberapa model drone yang di ciptakan bangsa indonesai. Berikut ini ulasannya :

Puna Sriti
Pesawat ini berwarna putih. Sriti adalah wahana udara nirawak jarak dekat dengan konfigurasi desain playing wing menggunakan catapult (pelontar) sebagai sarana take off dan jaring sebagai sarana landing.

Spesifikasi pesawat:
Rentang sayap: 2.988 mm
Berat lepas landas maksimum (MTOW/Maximum Take Off Weight): 8,5 kg
Kecepatan jelajah: 30 knot (56 km/jam)
Daya jelajah: 1 jam
Jangkauan: 5 mil laut (9,26 km)
Ketinggian: 3.000 kaki (915 m)
Pelontar: 4.500 mm
Tipe pelontar: catapult bungee chords

Puna Alap-alap
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna hijau tua dan hijau muda tentara. Alap-alap adalah wahana udara nirawak jarak menengah dengan konfigurasi desain V-tail terbalik dan batang ekor ganda (double boom) menggunakan landasan keras sebagai sarana lepas landas.

Alap-alap didesain untuk jelajah jauh, tetapi hanya untuk kebutuhan pengamatan (surveillance) saja.

Spesifikasi pesawat:
Rentang sayap: 3.510 mm
Berat lepas landas maksimum: 18 kg
Kecepatan jelajah: 55 knot (102 km/jam)
Daya jelajah: 5 jam
Jangkauan: 140 km
Ketinggian: 7.000 kaki (2.100 m)
Muatan: kamera video dengan penyeimbang (gimbal)

Puna Gagak
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna oranye dan putih. Gagak adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail, low wing dan low boom, menggunakan landasan keras sebagai sarana lepas landas dan mendarat.

Puna Gagak ini sama dengan Pelatuk tetapi berbeda misi, yaitu untuk misi rendah-tinggi-rendah. Puna Gagak dapat digunakan untuk kebutuhan Angkatan Laut.

Spesifikasi pesawat:
Rentang sayap: 6.916 mm
Berat lepas landas maksimum: 120 kg
Kecepatan jelajah: 52 - 69 knot (96 - 128 km/jam)
Daya jelajah: 4 jam
Jangkauan: 73 km
Ketinggian: 8.000 kaki (2.400 m)
Muatan: kamera video dengan penyeimbang (gimbal)

Puna Pelatuk
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna putih, abu-abu dan krem. Pelatuk adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail terbalik, high wing dan high boom, menggunakan landasan keras untuk lepas landas dan mendarat. Sama seperti Puna Gagak, misi Puna Pelatuk bersifat rendah-tinggi-rendah.

Spesifikasi pesawat:
Rentang sayap: 6.916 mm
Berat lepas landas maksimum: 120 kg
Kecepatan jelajah: 52 - 69 knot (96 - 128 km/jam)
Daya jelajah: 4 jam
Jangkauan: 73 km
Ketinggiah: 8.000 kaki (2.400 m)
Muatan: kamera video dengan penyeimbang (gimbal)

Puna Wulung
Selain memiliki Sriti, BPPT juga mengembangkan UAV Wulung dengan ukuran yang lebih besar dari Sriti dan membutuhkan landasan untuk take off. Kontrak produksi UAV Wulung dengan BPPT telah dilakukan tanggal 29 April 2013. BPPT menyatakan kesiapannya untuk memproduksi pesawat tanpa awak tersebut bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai pelaksana produksi. PT LEN ikut bekerjasama dalam mengembangkan UAV yang lebih modern.

Puna Wulung memiliki spesifikasi berat kosong maksimal 60 kg, berat muatan 25 kg, kecepatan jelajah 55 knot, bentang sayap 6,34 meter, ketahanan terbang empat jam dan ketinggian terbang 12.000 kaki di atas permukaan tanah. Pesawat tersebut dilengkapi kamera pengintai yang dihubungkan dengan pusat pengendali di darat.

Spesifikasi pesawat:
Panjang: 4.320 mm
Tinggi: 1.320 mm
Rentang sayap: 6.360 mm
Berat lepas landas maksimum: 120 kg
Kecepatan jelajah: 60 knot (111 km/jam)
Daya jelajah: 6 jam
Jangkauan: 120 km

GTSI Puna Kujang
PUNA Kujang dibuat oleh PT Globalindo Technology Services Indonesia (GTSI) yang didirikan oleh Endri Rachman, mantan karyawan PT DI yang hijrah ke Malaysia dan menjadi dosen di Universiti Sains Malaysia. Beliau dan bersama sesama mantan karyawan PT DI mendirikan perusahaan PT GTSI.

UAV perdananya adalah Kujang, mampu membawa muatan kamera survaillance 20 kg, lama terbang 2-3 jam dengan kecepatan maksimal sampai 150 km/jam. Ironisnya, peminat pertama UAV Kujang ini adalah Malaysia, bukan pemerintah Indonesia.

Uavindo UAV Survaillance SS-5 (SkySpy-5)
SS-5 (SkySpy-5) mampu terbang selama 2-3 jam dengan jarak sampai 25 km untuk fungsi survaillance melalui kamera yang dibawanya. Saya tidak tahu apakah TNI masih menggunakan produknya (selanjutnya ada pengembangan ke SS-20), tapi ironisnya Malaysia memesan UAV SM-75 dari perusahaan ini.

Aviator UAV SmartEagle II
UAV SmartEagle II dibuat oleh PT Aviator Teknologi Indonesia, yang dibentuk oleh beberapa mantan karyawan PT Uavindo. Produk unggulannya adalah SmartEagle II, yang mampu terbang selama 6 jam dengan jarak maksimum 300 km.

Produk ini bisa diadu dengan Searcher Mk II dari Israel, hanya sayangnya berat muatan maksimum hanya sampai 20 kg, bandingkan dengan beban 100 kg yang mampu dibawa oleh Searcher Mk II. Sekarang PT Aviator menggandeng Irkuts dari Rusia untuk memasarkan produknya secara bersama-sama.

ITB HexaRotor
Untuk sementara PTTA HexaRotor masih diterbangkan dengan menggunakan remote control. Namun suatu saat dapat dikembangkan dengan mengontrolnya lewat Ground Control Station.

Pesawat ini baru mampu terbang maksimal setinggi 170 m, dengan waktu terbang maksimal 20 menit. HexaRotor juga bisa digunakan untuk memantau kemacetan dan kebanjiran di kota. Suatu saat HexaRotor dapat dikendalikan via satelit.

UAV Autopilot SuperDrone
Bahan pesawat ini dari fiber, besarnya 6×4 meter. Jam terbangnya 6-8 jam. Diberi tangki cadangan namun bisa digunakan juga untuk benda lain. Dapat terbang malam dan dilengkapi Thermal Camera (kamera pemantau panas). SuperDrone ini menggunakan teknologi Autonomous Return To Base.

UAV Lapan Surveillance Unmanned (LSU)
Setelah memproduksi pesawat tanpa awak jenis Lapan Surveillance UAV-01X dan Lapan Surveillance LSU 02, Lapan juga mempunyai Lapan Surveillance LSU 03. Ukuran pesawat tanpa awak yang terakhir itu lebih besar dari seri sebelumnya yaitu LSU 02.

LSU 03 bentangannya 5 meter itu hanya bentang sayap, sedangkan badannya 4 meter. Daya jelajah 400 km dengan ketinggian antara 3.000-4.000 meter. Secara total, jumlah koleksi pesawat tanpa awak milik Lapan berjumlah 3 unit.

UAV Tamingsari
UAV ini dibuat oleh Endri Rachman
Spesifikasi Pesawat Tanpa Awak UAV Tamingsari:
Kecepatan : 100 km/h
Cruise Altitude: 1000 m
Daya Jelajah: 2 – 3 Jam
Berat Take off  : 20 kg, payload (camera): 5 kg
Kecepatan Tempuh : 40 km/h.

Mungkin saat ini juga masih banyak drone yang belum dipublikasi oleh media sehingga mungkin masih banyak drone yang canggih buatan indonesia yang dirakit oleh anak bangsa. Yuk kita liat aja nanti di akhir tahun 2016 ini. 
Sumber : wikipedia dan kaskus

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Drone Buatan Indonesai Karya Anak Bangsa